Renungan
PERKAJUM perdana GP TUJUH
Pernakah
kita berfikir, andai ketika di lahirkan, orang tua kita tak peduli sama sekali
?
Kita
di buang, ditelantarkan, dan di sia – siakan ?
Pernahkah
kita berfikir, untuk apa orang tua kita bersusah payah mendidik kita ?
Menyekolahkan
kita, memberi apa yang kita minta, Untuk apa semua itu ?
Cucuran keringat ayah, butiran air mata ibu
menjadi saksi betapa besarnya cinta & kasih sayang yamg mereka miliki
terhadap kita. Mereka selalu mengatakan,
IYA walau belum tentu mereka mampu melakukan semua yang putrinya mau.
Mereka pantang mengatakan TIDAK karena mereka tahu itu yang akan menyakiti
anaknya.
Apakah
kita pernah berfikir, betapa lelahnya hati ibu dan ayah disaat harus selalu
menerima keluhan anaknya.. …? Apakah kita pernah tahu, berapa banyak air mata
nya yang jatuh hanya untuk mendo’akan
anaknya agar anaknya bahagia ?
Di
balik senyumnya, terdapat lelah yang tak dapat seorang pun menangungnya
Di
balik tegarnya, terdapat luka yang tak seorang pun dapat menahan perihnya
Kenakalan
kita, hiburan yg menyakitkan baginya
Tangisan
keluh kita adalah hal yg tak pernah ia harapkan
Demam
yang menyerang adalah sebuah bencana besar baginya
Sekarang
kita bertanya pada hati kita yang paling dalam, APA SAJAKAH YANG SUDAH KITA
LAKUKAN SELAMA INI DAN MAMPU MEMBUAT MEREKA BAHAGIA ?
Bahkan permintaan BETAH saja, sangat sulit
untuk kita kabulkan
Padahal
ketika kita sakit, ayah dan ibu sering kehilangan malamnya hanya untuk menjaga
kita.
Apakah
kita pernah memikirkan apa – apa saja yang mereka mengabulkan permintaan dari
kita ?
Apakah
kata AYAH, IBU AKU NGGA’ BETAH… itu adalah hal sepeleh menurut mereka ?
Yang
ayah dan ibu inginkan hanya diri kita menjadi anak yang solihah, dan lebih
banyak tahu tentang agama daripada mereka, hanya itu ga lebih
Tapi,
dengan serta merta kita menganggap ayah dan ibu memenjarakan kita, padahal
bukan itu yang ayah dan ibu inginkan dan jika kita tidak disini, kita akan jauh
lebih terpenjara, TERPENJARA DALAM JERUJI DOSA
Apakah
kita tahu, hari minggu adalah hari yang di nanti oleh ayah dan ibu, di mana hari itu
mereka bisa melepas rindu yang membelenggu nya
Apakah
dengan memberinya sepucuk puisi sudah cukup untuk membalas jasa – jasanya ?
Apakah
dengan seuntai do’a dapat menggantikan ribuan do’anya ?
Apakah
dengan prestasi terbaik di sekolah sudah membuat mereka tenang, dengan
kehidupan mu nanti ?
Ketika
seorang anak, berada di ambang pintu neraka ia akan di Tanya :
Siapa
orang tua mu ?
Lalu
ia akan menyeret kedua orang tuanya kedalam api neraka karena dosanya. Padahal
kedua orang tunya sudah berusaha untuk mendidik anaknya dengan baik. Apakah kalian tahu akan hal ini ? apakah
kalian rela ? apa memang ini yang sebenarnya kalin inginkan ?
Mulai
sekarang, marilah kita sama – sama, melakukan hal yang terbaik untuk kita, dan
orang tua kita. Selipkan nama mereka disetiap do’a jangan sekalipun kita
meninggalkanya. Karena mereka tak pernah meninggalkan nama kita di setiapa
do’anya. Katakan pada mereka :
Ayah
ibu maaf kan aku…
Yang
hanya bisa meminta dan belum bisa memberi,
yang hanya bisa membuat mu menangis tanpa bisa
menghapus air matamu
maafkan
aku yang selalu membuat mu gelisah di rumah ketika mendengar tangisku di telpon
maafkan
aku yang selalu meminta kehadiranmu di sampingku, saat kau ingin beristirahat
sebentar
maafkan
aku yang sudah menjadi beban di hidupmu, padahal kehadiranku sangat kau nanti
maafkan
aku yang belum bisa menjadi apa yang engkau harapan.
ayah
ibu, betapa berdosanya aku yang selalu menyusahkan mu,
AMPUNI AKU YA ROBB
dengan
segala kesombongan, yang tak pernah aku menyadarinya, aku tak ingin kedua orang
tuaku terseret keneraka hanya karena dosaku
ampuni
aku yang banyak menyakiti orang- orang sekitarku
ampuni
aku yang terlalu berkata pedas terhadap orang-orang sekelilingku apa lagi
terhadap kedua orang tuaku
aku
tak ingin merasakan pedihnya siksa, aku tak ingin tenggelam dalam panasnya api
neraka
Ayah,
ibu terimakasih telah membimbingku di jalan Allah, aku akan membawamu ke syurga
.
ayah
ibu, terimakasih yang masih tetap menyayangiku,
walaupun
aku sudah banyak menyusahkan mu,
mulai dari tangis rengekku, nilai merahku,
serta permintaan-permintaanku yang menyusahkan mu
terimakasih
untuk telinga dan hatimu yang selalu terbuka lebar hanya untuk menerima keluh
kesahku, disini
terimakasih
untuk pinjaman otak mu yang selalu ada untuk memikirkan ku
terimakasih
atas do’a dan kasih sayangmu yang selalu iringi langkah ku meskipun aku jauh
darimu
terimakasih
atas ketulusan mu, yang tak pernah mengharap aku mengembalikan apa-apa saja
yang sudah kau berikan kepadaku.